Minggu, 18 Mei 2008

CREATIVE BUSINESS - SEKOLAH TUNAI WORLDWIDE

Salah satu bisnis keuangan yang bakal mendominasi dalam jumlah penghimpunan dana pihak ketiga di masa yang akan datang Insya Allah adalah Sekolah Tunai. Sekolah Tunai adalah sistem terbaru di dunia pendidikan yang bisa diterapkan baik di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya. Dimana ada sekolah di situ bisa menerapkan sistem Sekolah Tunai. Sebuah sistem pembayaran yang mendobrak sistem pembayaran di dunia pendidikan yang masih konvensional. Pembaruan sistempun hanya sebatas cara pembayaran yang dulu membawa uang ke sekolah sekarang bisa melalui tranfer bank. Sekolah Tunai merevolusi semua itu.

Nantikan kehadiran Sekolah Tunai untuk kenyamanan dan kepraktisan Anda dalam memberikan pendidikan kepada putra-putri Anda tercinta.

Untuk hiburan artikel di bawah ini hasil kutipan, apa ada hubungannya apa tidak yaa.....terserahlah.

Pada tahun 1974, sebuah artikel di Journal Portfolio Management mengejutkan industri pasar modal Amerika Serikat (Wall Street). Di artikel tersebut, sang penulis menganjurkan agar perusahaan manajer investasi mulai menawarkan produk reksadana baru berbasis indeks (RDI), dikelola secara pasif dengan tujuan utama mengikuti, bukan mengalahkan ataupun tertinggal, kinerja indeks.
Wall Street terkejut karena rekomendasi ini sangat bertentangan dengan pandangan dan kebiasaan yang berlaku pada saat itu, dimana pengelolaan reksadana biasanya dilakukan secara aktif dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi investor.
Yang membuat artikel tersebut tidak dipandang sebelah mata oleh Wall Street adalah karena sang penulis adalah seorang sesepuh Ekonom Amerika Serikat (AS), pemenang Nobel Ekonomi dan pengarang buku Makro Ekonomi terlaris didunia, Profesor Paul Samuelson dari MIT (Massachussets Institute of Technology).
Hipotesa Pasar Efisien
Terkejutnya pelaku pasar di Wall Street pada saat itu mungkin tidak perlu terjadi kalau saja mereka mendalami artikel Paul Samuelson sebelumnya yang diterbitkan oleh Journal Industrial of Management di tahun 1965. Di artikel “ Proof That Properly Anticipated Prices Fluctuate Randomly,” Samuelson membuktikan secara matematis bahwa justru tindakan untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari banyak pelaku pasar yang pintar-pintar, canggih dan well-informed tersebutlah yang menyebabkan harga saham berfluktuasi secara acak (random).
Ide dasar ini kemudian dikembangkan oleh Profesor Eugene Fama, murid Samuelson, dari University of Chicago yang kemudian mencetuskan apa yang disebut Efficient Market Hypothesis (EMH). Pada intinya, EMH menyatakan bahwa harga saham di pasar sudah mencerminkan segala informasi yang relevan mengenai saham tersebut. Sedangkan informasi baru mengenai saham tersebut akan diproses oleh para pelaku pasar secara efisien sedemikian rupa, sehingga harga saham akan menyesuaikan diri secara cepat dan langsung (instant) untuk mencerminkan informasi baru tersebut. Ditambah dengan asumsi bahwa informasi baru tersebut datang secara acak, maka harga saham tersebutpun akan bergerak secara acak juga. Akibatnya, tidak ada strategi investasi apapun yang dapat diterapkan oleh investor untuk mendapatkan tingkat keuntungan abnormal (excess return) secara konsisten atau secara terus menerus.
Sulitnya menghasilkan return abnormal secara terus menerus ini juga dicetuskan oleh Charles D. Ellis dalam artikel The Loser’s Game di Financial Analyst Journal tahun 1975. Di artikel tersebut Ellis mengilustrasikan bahwa untuk memperoleh 20% excess net return diatas tolok ukur (indeks), investor aktif secara rata-rata harus menghasilkan 40% excess gross return (sebelum dipotong biaya). Jelas ini bukan merupakan tugas yang mudah. Selanjutnya Ellis menambahkan bahwa dengan semakin banyaknya pemain institusi di pasar modal (dengan segala kecanggihannya), kompetisi untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya jadi semakin meruncing. Oleh karena itu, semakin sulit bagi masing-masing investor untuk memperoleh excess return secara konsisten. Akibatnya, investasi aktif di pasar modal menjadi losing game. Di losing game ini, pemenangnya adalah mereka yang membuat kesalahan paling sedikit. Di investasi pasar modal, pemenangnya adalah mereka yang mengeluarkan biaya paling sedikit.
Hasil observasi kinerja manajer investasi Amerika di tahun 1960 sampai awal 1970an ternyata mendukung EMH. Secara rata-rata,70% manajer investasi kinerjanya dibawah kinerja indeks (S&P 500). Sedangkan 30% manajer investasi yang kinerjanya lebih baik di tahun tertentu, belum tentu bisa mengulang prestasi yang sama di tahun selanjutnya. Akibatnya, bagi investor, memilih manajer investasi mana yang akan mengalahkan indeks di tahun tertentu menjadi sama sulitnya dengan memilih saham mana yang akan berkinerja baik di tahun yang sama.
Berdasarkan EMH dan data empiris kinerja manajer investasi tersebut inilah Samuelson menulis rekomendasi yang dianggap Wall Street cukup kontroversial tersebut. Ide utamanya adalah pengelolaan aktif tidak efektif karena EMH ternyata benar. Oleh karena itu, investor lebih baik diberikan produk investasi berbasis indeks, yang dikelola secara pasif dan berbiaya rendah.
Terinspirasi oleh tulisan-tulisan para akademisi diatas, pada tahun 1975, John Bogle melalui perusahaan investasi Vanguard mulai meluncurkan produk reksadana berbasis indeks ke publik Amerika. Dikutip dari John D. Item, CFA.


Salam
Ahmad Sragiy

Tidak ada komentar: