Minggu, 18 Mei 2008

PROSPEK REKSADANA dan SEKOLAH TUNAI

Anda termasuk pemerhati dan praktisi reksadana? Anda yang milyarder, manajer investasi, investor, pengusaha, tertantang ide baru, berikut ini untuk menambah wawasan.

Reksadana Indeks (RDI)
Pada dasarnya, reksadana indeks adalah reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja indeks tertentu (misalnya S&P 500, Dow Jones 30, IHSG atau JII) dengan biaya seminimal mungkin. Komposisi portofolio akan mirip dengan indeks yang diikuti dan tidak memerlukan riset khusus dalam pembentukan (construction) maupun penyesuaian (rebalancing) portofolio.
Dibandingkan dengan portofolio yang dikelola secara aktif, transaksi jual-beli (portfolio turn over) RDI juga relatif lebih jarang. Akibatnya, bagi manajer investasi, biaya pengelolaan secara pasif ini jadi jauh lebih kecil. Otomatis, biaya yang dibebankan ke nasabah investor jadi jauh lebih kecil. Selain biaya rendah, RDI relatif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip dengan indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang di ikuti.
Reksadana Indeks cocok bagi investor yang sepaham dengan EMH bahwa return abnormal tak dapat dipertahankan dan lebih bersifat untung-untungan, yang tidak mau pusing-pusing memilih manajer investasi, serta ingin berinvestasi ke pasar modal dengan biaya serendah mungkin. Juga cocok bagi yang mementingkan transparansi tinggi, dan merasa bahwa menganalisa arah indeks jauh lebih mudah daripada arah pergerakan saham satu-persatu.
Dalam 30 tahun terakhir ini, reksadana indeks tumbuh pesat hingga sekarang mencapai nilai US$ 2.2 trilyun (saham), US$ 900 milyar (bonds) dan US$1.1 trilyun (saham dan obligasi internasional). Yang menarik, pemimpin Fidelity, perusahaan manajemen investasi terbesar Amerika, salah satu penentang keras ide RDI, turut mengembangkan bisnis RDI untuk Fidelity yang kini sudah mencapai nilai US$ 30 milyar atau Rp. 270 trilyun!
Prospek di Indonesia
Di pasar modal Indonesia, terdapat beberapa indeks: IHSG merupakan indeks harga seluruh saham yang tercatat di BEJ, yang terbobot dalam nilai kapitalisasi pasar setiap saham. LQ45 adalah indeks dari harga 45 saham terpilih BEJ, berdasarkan peringkat likuiditas, juga kapitalisasi pasar. JII merupakan indeks harga 30 saham terpilih BEJ, berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar, yang sesuai dengan syariat Islam.
Sejarah RDI di Indonesia, boleh dikata, masih berada di tahap awal, mirip di AS pada tahun 1975. Bedanya, pasar modal Indonesia belum se-efisien pasar modal AS di tahun 1975. Lalu, apakah in berarti reksadana indeks belum tepat untuk di beli atau ditawarkan saat ini? Tunggu dulu.
Oleh karena pada awalnya RDI dibuat berdasarkan rekomendasi pakar-pakar EMH, persepsi pasar mengenai RDI menjadi lekat dengan pasar yang efisien. RDI hanya akan sukses di pasar yang sudah efisien, demikian persepsi yang ada di publik.
Pada kenyataannya, berbagai RDI di pasar yang tidak efisienpun banyak yang sukses. Contohnya beberapa Small Cap Index Funds, yang komposisi portofolionya terdiri dari banyak perusahan-perusahan kecil di AS, dapat tumbuh dengan baik. Padahal, saham perusahan-perusahaan kecil di AS masih dianggap tidak efisien karena masih minimnya berita, analisa atau informasi mengenai perusahan-perusahaan kecil tersebut.
Selain itu, dengan menggunakan aritmatika sederhana, dan asumsi kinerja portofolio investor terdistribusi secara normal , serta tanpa asumsi pasar efisien, dapat kita tunjukan bahwa, paling tidak, secara rata-rata, kinerja RDI saham akan lebih baik dari kinerja 50% sampai dengan 60% dari populasi investor saham lainnya.
Apakah reksadana berbasis indeks akan ber-evolusi dengan baik seperti apa yang terjadi di AS, tentunya masih terlampau pagi untuk dapat kita pastikan. Akan tetapi, melihat faktor teori ekonomi keuangan yang kuat yang mendasari diciptakannya produk ini, ditambah dengan biaya pembelian yang rendah, serta prospek kinerja yang cukup potensial (diatas rata-rata, bahkan mungkin bisa terbaik), bukan tidak mungkin sukses di AS bisa terulang disini.

Dikutip dari John D. Item, CFA

SEKOLAH TUNAI

Ini ide bisnis yang belum ada di belahan bumi manapun. Anda tahu berpa kira-kira uang yang bergerak di dunia pendidikan? Setiap tahun ajaran baru, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Universitas, di kota dan di daerah, di dalam negeri dan di luar negeri. Kalau anda mau jujur, uang yang beredar setiap tahun ajaran baru lebih dari Rp 50 triliun.

Anda tahu sistem pembayaran di dunia pendidikan dari jaman dulu sampai saat ini masih konvensional. Sistem Sekolah Tunai adalah sistem terbaru bagi masyarakat milenium ketiga ini. Sekolah bukan hanya sekedar tempat belajar tetapi bagian dari gaya hidup. Bagi platinum society, Sekolah Tunai adalah pilihan tepat di masa depan. Bagi investor di dunia pendidikan, tidak ada kelompok usaha pendidikan yang mampu menghimpun dana melebihi potensi yang bisa dikhimpun oleh Sekolah Tunai. Nantikan launching Sekolah Tunai melalui iklan di Kompas dan Indonesia Tatler Magazine.

Salam

Ahmad Sragiy

Tidak ada komentar: